Hospis Singapura Memperluas Dukungan untuk Lebih Banyak Penyakit, Meningkatkan Layanan Home Care dan Day Care

Berita

SINGAPURA: Madam How Sow Peng hidup dengan kanker stadium empat. Namun dalam menghadapi penyakit mematikan, filosofinya adalah merayakan kegembiraan kecil dalam hidup.

Madam How mengaitkan kepositifannya dengan putri pengasuhnya dan tim perawatan hospis yang membantunya melewati masa-masa sulit – dan masih memenuhi kebutuhannya hingga hari ini.

“Ketika dokter memberi tahu saya (kankernya pada) stadium empat – stadium akhir, pada saat itu saya merasa sangat kehilangan. Rasanya seperti jatuh ke dalam sumur,” kenang Madam How, yang kankernya telah menyebar ke tulang belakang dan tulangnya.

“Tapi kemudian tim perawatan hospis datang untuk membantu. Dengan kekuatan yang mereka berikan kepada saya, dengan bantuan dari semua orang di sekitar saya, saya sangat bahagia. Hari ini saya dalam semangat yang baik.”

Dengan dukungan dari tim home care Hospis Dover Park, Madam How, yang terbaring di tempat tidur delapan bulan lalu, kini dapat berdiri. Dia berharap fisioterapi lebih lanjut akan memungkinkannya berjalan menuruni tangga dan keluar dengan kursi rodanya.

Tim home care paliatif mengunjungi Madam How dan pasien lain dengan kondisi serupa sekitar tiga kali sebulan.

Sebuah tim pekerja sosial, perawat, dan dokter bergiliran memeriksa pasien, membantu mereka melakukan aktivitas sehari-hari, dan memberi mereka dukungan emosional. Mereka juga membimbing pengasuh dan anggota keluarga tentang kebutuhan pasien.

Penyedia perawatan paliatif seperti Hospis Dover Park semakin meningkatkan layanan home care dan melibatkan masyarakat untuk memungkinkan pasien hidup dengan baik di hari-hari terakhir mereka.

Bentuk perawatan suportif ini, biasanya untuk pasien yang sakit parah dan tidak lagi mencari pengobatan untuk kondisinya, semakin diminati di masyarakat lanjut usia di Singapura.

Meninggal di Rumah

Seiring bertambahnya usia populasi, angka kematian juga meningkat di Singapura. Ada 5,8 kematian per 1.000 penduduk pada 2021, naik dari 5,2 pada 2020, dan 5 kematian pada 2019.

Kebutuhan akan lebih banyak dukungan paliatif datang di tengah desakan pemerintah untuk membantu mereka yang ingin meninggal di rumah daripada di rumah sakit.

6 dari 10 pasien meninggal di rumah sakit saat ini, dan Singapura bertujuan untuk menurunkan angka ini sebesar 10 persen selama lima tahun ke depan.

Untuk itu, Kementerian Kesehatan Singapura memprioritaskan untuk menggenjot perawatan paliatif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien di luar rumah sakit.

Kebanyakan orang di Singapura ingin meninggal di lingkungan yang familiar, menurut survei 2014 oleh organisasi filantropi Lien Foundation. Ditemukan bahwa 77 persen warga Singapura berharap meninggal di rumah.

Madam How adalah salah satu pasien yang ingin meninggal di rumah.

“Lagipula, rumah itu paling nyaman. Saya sudah memberi tahu putri saya, jika suatu hari saya benar-benar tidak bisa hidup lagi, jangan kirim saya ke rumah sakit, biarkan saya pergi, di rumah,” katanya.

Putrinya dan pengasuh utamanya, Joanne Pinay mengatakan dia ingin menghormati keinginan ibunya.

“Ayah saya meninggal di rumah sakit. Sekitarnya, benar-benar berbeda,” katanya. “Di rumah akan jauh lebih baik. Dia akan merasa lebih nyaman, lebih aman, daripada di kamar (rumah sakit) yang dingin.”

Permintaan untuk Perawatan Paliatif

Sementara perawatan paliatif biasanya melayani mereka yang menderita kanker, hospis berniat untuk meningkatkan layanan home care dan day care untuk mengikutsertakan lebih banyak pasien dengan kondisi lain dalam layanannya.

“Kami memang berniat mengembangkan home care untuk memenuhi kebutuhan ini. Dan itu bukan hanya kelompok kanker. Kami mengantisipasi pertumbuhan demand untuk pasien dengan demensia lanjut, atau pasien dengan kegagalan organ stadium akhir,” kata Dr Mervyn Koh, direktur medis Hospis Dover Park.

Dia menambahkan bahwa rujukan lebih awal untuk pasien dan keterlibatan lebih awal oleh personel perawatan paliatif dapat membantu mengelola gejala penyakit dan meningkatkan kualitas hidup pasien di sisa waktu mereka.

“(Ini dapat) memastikan bahwa rasa sakit mereka terkendali sehingga mereka dapat memiliki kualitas hidup yang baik, mereka tetap dapat keluar dan menghabiskan waktu bersama keluarga mereka,” katanya.

Hospis Dover Park saat ini merawat sekitar 750 pasien home care dalam setahun, naik dari 400 dua tahun lalu. Organisasi tersebut mengatakan pihaknya mengantisipasi jumlah yang terus bertambah.

Demikian pula, beban pasien di Hospis Assisi telah tumbuh empat kali lipat selama tujuh tahun terakhir. Organisasi itu mengatakan, mereka menargetkan pertumbuhan tahunan 15 persen di seluruh layanan rawat inap, home care, dan day care untuk memenuhi permintaan.

Selain perawatan paliatif, hospis juga menambahkan kegiatan sosial dan rekreasi seperti lokakarya seni dan kerajinan kulit untuk melibatkan pasiennya.

“Dalam hidup mereka, mereka memiliki berbagai jenis minat dan bidang keahlian yang mungkin mereka miliki,” kata Ms. Choo Shiu Ling, CEO Hospis Assisi.

“Yang kami lakukan hanyalah benar-benar memahami apa yang berharga bagi mereka, dan apa yang mereka minati. Dan dari sana, kami menciptakan lebih banyak aktivitas baru yang memenuhi kebutuhan psikoterapi mereka.”

Hospis HCA, yang melayani sekitar 3.600 pasien per tahun, juga telah mendirikan pusat kesehatan bagi pasien yang tidak memerlukan bantuan perawat sepanjang hari.

Pusat-pusat ini menawarkan kelonggaran bagi pengasuh, dan memberi pasien terapi serta aktivitas sosial.

Dijalankan oleh anggota staf dan sukarelawan, Hospis Harian Oasis@Outram menerima rata-rata 35 hingga 40 pasien setiap hari, naik dari 15 tahun lalu.

Dengan meningkatnya permintaan untuk perawatan paliatif, Hospis HCA bertujuan untuk mendapatkan lebih banyak bantuan dengan membawa lebih banyak sukarelawan. Organisasi tersebut saat ini memiliki sekitar 2.000 sukarelawan dalam databasenya, tetapi hanya 150 hingga 200 yang aktif.

“Kami sedang melihat bagaimana kami dapat membawa individu, sekolah, bahkan perusahaan (organisasi) untuk masuk ke dalam kelompok kami,” kata Ms. Karen Lee, chief executive officer hospis tersebut.

Dia menambahkan bahwa organisasi tersebut membekali para sukarelawan dengan keahlian untuk merawat orang-orang di tahap akhir kehidupan, dan dukungan termasuk perawatan emosional.

“Proses merawat orang sakit dan proses kematian adalah kegiatan komunal,” ujarnya.

“Kami mencoba melatih sukarelawan kami hingga ke tingkat yang (dapat) berperan dalam mendukung mereka sendiri, komunitas kami sendiri.”


Penerjemah    : Salwa Kamilia, S.Gz
Penulis            : Sherlyn Seah & Darrelle Ng
Sumber           : https://www.channelnewsasia.com/singapore/palliative-care-hospice-terminally-ill-3180436

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *