Family Behaviors and Attitudes are Key Elements to Providing End-of-Life Care at Rural Hospitals

Berita

Para perawat yang menangani pasien kritis di rumah sakit daerah pedesaan menilai perilaku dan sikap keluarga sebagai elemen kunci dalam pemberian perawatan akhir kehidupan, menurut penelitian baru yang diterbitkan dalam American Journal of Critical Care (AJCC). Sebuah survei yang dilakukan kepada perawat yang bekerja di rumah sakit pedesaan menemukan bahwa banyak responden yang merasakan hambatan dan sikap membantu yang sama dalam merawat pasien sekarat seperti yang sebelumnya diidentifikasi pada perawat di rumah sakit perkotaan yang lebih besar, meskipun kurangnya peralatan dan SDM memberikan tantangan tersendiri. Tulisan yang berjudul “Caring for Rural Patients at End of Life: Perceptions of Critical Access Hospital Nurses” ini mengeksplorasi bagaimana perawat yang bekerja di critical acces hospitals (CAH) memahami hambatan dan sikap yang membantu dalam memberikan perawatan akhir kehidupan bagi pasien.

Lebih dari 1.300 rumah sakit pedesaan dan sulit diakses di Amerika Serikat ditetapkan sebagai CAH. Rumah sakit ini terletak setidaknya 35 mil dari rumah sakit lain dan memiliki 25 atau lebih sedikit tempat tidur pasien akut, unit gawat darurat 24 jam dan rata – rata lama rawat inap untuk pasien perawatan akut kurang dari 96 jam. Dengan akses terbatas ke spesialis perawatan kritis, layanan dan peralatan yang memadai, rumah sakit pedesaan ini sering memindahkan pasien yang sakit kritis ke fasilitas yang lebih besar setelah kondisinya stabil. Para peneliti menggunakan kuesioner 79 item yang mencantumkan item hambatan spesifik dan perilaku membantu, termasuk pertanyaan terbuka dan mengumpulkan data demografi. Tujuh dari sepuluh hambatan teratas berkaitan dengan keluarga pasien yang membuat perawatan akhir hayat menjadi lebih sulit, dengan item teratas adalah anggota keluarga yang tidak memahami arti sebenarnya dari istilah “tindakan penyelamatan jiwa” dan ketidaksepakatan antar anggota keluarga tentang apakah akan menghentikan atau melanjutkan bantuan hidup.

Keluarga juga merupakan elemen kunci dari item yang paling membantu dalam perawatan akhir hayat. Responden memberikan penilaian tinggi untuk mengizinkan anggota keluarga menghabiskan waktu bersama pasien setelah kematian, membuat anggota keluarga menerima bahwa pasien sedang sekarat, menyediakan lingkungan kamar rumah sakit yang bermartabat setelah kematian, serta mengajari keluarga bagaimana bertindak di sekitar pasien yang sekarat. Salah satu penulis dalam penelitian ini adalah Renea Beckstrand, PhD, RN, CCRN, CNE, seorang profesor di Brigham Young University College of Nursing, Provo, Utah. Dia telah mempelajari persepsi perawat tentang perawatan akhir kehidupan selama lebih dari 20 tahun, meskipun ini adalah survei pertamanya yang hanya berfokus pada persepsi perawat CAH.

“Setiap hari, perawat paliatif menangani masalah yang berkaitan dengan kematian dan sekarat. Memberikan perawatan berkualitas kepada pasien di akhir hidup mereka dan mendukung keluarga melalui masa rentan ini penuh dengan hambatan, serta perilaku yang mungkin dianggap perawat dapat mendukung dan membantu. Temuan kami menunjukkan bahwa perawatan akhir hayat memiliki banyak kesamaan baik di pedesaan atau perkotaan,” ujarnya. Meskipun kurangnya tenaga medis, peralatan khusus dan sumber daya lainnya tidak diidentifikasi sebagai hambatan utama, memiliki tenaga pembantu keperawatan, seperti asisten perawat bersertifikat untuk membantu merawat pasien sekarat, mendapatkan nilai tinggi sebagai perilaku yang membantu.

Setelah uji coba dan tinjauan ahli, para peneliti menambahkan beberapa item baru ke kuesioner khusus untuk CAH, seperti kurangnya staf rumah sakit, peralatan atau sumber daya lainnya, yang oleh para perawat diberikan peringkat ke – 15 dari 34 item hambatan. Mengenal pasien secara pribadi berada di peringkat ke – 19, dan tidak tersedianya dewan etik berada di peringkat ke – 22. “Para perawat dalam penelitian ini kemungkinan terbiasa bekerja tanpa banyak sumber daya yang biasanya ditemukan di rumah sakit perkotaan, dan dengan demikian tidak menganggap defisit sumber daya sebagai hambatan signifikan terhadap perawatan akhir hidup yang mereka berikan,” kata Beckstrand.

Para peneliti melakukan penelitian dengan memilih 500 sampel secara acak dari 1.348 CAH yang ada di negara tersebut, dan kemudian mempersempitnya menjadi RS yang menyediakan layanan perawatan kritis, seperti ventilasi mekanik, kateter sentral, dan vasopresor. Kuesioner penelitian dikirimkan kepada direktur keperawatan di 46 rumah sakit yang memenuhi kriteria dan setuju untuk berpartisipasi. Analisis akhir meninjau data dari 188 perawat di 39 CAH.

Penerjemah: Salwa Kamilia Cahyaning Hidayat, S.Gz
Penulis: Emily Henderson, B.Sc.
Sumber: https://www.news-medical.net/news/20220901/Family-behaviors-and-attitudes-are-key-elements-to-providing-end-of-life-care-at-rural-hospitals.aspx

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *