Quicker Palliative Care Referrals Needed to Support Severely Ill COVID Patients

Berita

Sesak napas berat pada pasien COVID yang memiliki penyakit penyerta harus digunakan sebagai sinyal untuk rujukan yang lebih cepat ke perawatan paliatif agar penanganan gejala yang dialami pasien dapat segera dilakukan, demikian temuan penelitian baru.

Studi yang dilakukan King’s College London menunjukkan bahwa gejala termasuk sesak napas sedang hingga berat, agitasi dan lebih dari satu kondisi kesehatan penyerta yang sudah ada sebelumnya, semuanya berkaitan dengan kelangsungan hidup pasien COVID yang lebih pendek, dan karenanya harus digunakan sebagai sinyal untuk memprioritaskan rujukan di masa mendatang.

Para peneliti dari King’s Florence Nightingale Fakultas Keperawatan, Kebidanan & Perawatan Paliatif dan kolaborator dari University of York, Hull York Medical School dan University of Lancaster, menganalisis data demografi, hasil klinis dan data kelangsungan hidup pasien di 25 pusat kesehatan di Inggris dan Wales selama pandemi pada tahun 2020 dan 2021 untuk menilai perubahan gejala di antara pasien COVID yang menerima perawatan paliatif dan menentukan perawatan mana yang paling efektif.

Tim memeriksa tingkat keparahan gejala pada tiga tahap – pada titik rujukan ke perawatan paliatif, pada asesmen COVID pertama pasien, dan pada tiga penilaian lanjutan – dan menemukan gejala yang paling umum adalah sesak napas, kelemahan dan kekurangan energi, rasa mengantuk, kecemasan, agitasi, kebingungan/delirium, dan nyeri.

Dari 572 pasien yang tergabung dalam penelitian, yang rata – rata berusia 77 tahun, 87% baru dirujuk ke perawatan paliatif saat COVID, sementara 13% sudah didukung oleh perawatan paliatif ketika mereka tertular virus.

Begitu mereka dirujuk ke perawatan paliatif, gejala COVID terbukti membaik dengan cepat untuk semua pasien. Rata – rata waktu yang dihabiskan dalam perawatan paliatif adalah 46 jam. Namun, para pasien yang baru dirujuk tidak dapat bertahan selama mereka yang sudah mendapat dukungan perawatan paliatif sejak awal.

Profesor Irene Higginson, Profesor Perawatan dan Kebijakan Paliatif dan peneliti utama menyatakan: “Penelitian ini menunjukkan peran penting perawatan paliatif bagi orang – orang yang memiliki kondisi kesehatan penyerta dan COVID yang memburuk.

“Gejala sesak napas yang memburuk bisa menjadi pemicu yang lebih efektif untuk rujukan ke perawatan paliatif yang membantu dokter dan perawat mengidentifikasi pasien yang membutuhkan dukungan lebih cepat.”

“Hal ini akan mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Tidak ada bukti bahwa lama hidup mereka akan terpengaruh, jadi sepertinya langkah yang masuk akal untuk diambil.”

Penelitian juga menemukan bahwa pasien COVID yang menerima perawatan paliatif rata – rata memiliki dua kondisi kesehatan lain seperti diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, demensia dan kanker, dan pengobatan yang paling umum digunakan termasuk morfin dosis rendah dan midazolam (sejenis obat penenang), serta dosis reguler opioid.

Artikel selengkapnya yang berjudul “Symptom control and survival for people severely ill with COVID: A multicentre cohort study” telah diterbitkan dalam Journal of Pain and Symptom Management.

Penerjemah: Salwa Kamilia Cahyaning Hidayat, S.Gz
Penulis: King’s College London
Sumber: https://www.sciencedaily.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *