Yogyakarta 16 Juli 2022. Alumni angkatan 80 FK UGM bekerjasama dengan Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM dan Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FK – KMK UGM menyelenggarakan webinar Perawatan Paliatif tahap 3 seri 5 dengan tajuk “Prinsip Tata Laksana Gejala Dalam Perawatan Paliatif” pada Sabtu (16/7/2022). Kali ini, webinar hadir dengan tujuan untuk memahami tentang 4 aspek penilaian yang diperlukan dalam perawatan paliatif, memahami prinsip tatalaksana gejala fisik dalam perawatan paliatif, dan memahami tatalaksana kedaruratan dalam perawatan paliatif. Webinar dimoderatori oleh Dr. dr. Maria. A. Witjaksono, MPALLC.
Comprehensive Assessment in Palliative Care

Pada pasien paliatif, gejala yang dirasakan memiliki aspek multidimensional. Perawatan paliatif sendiri menitikberatkan pada orientasi gejala dan bertujuan untuk lebih memberi dukungan pada pasien. Dibandingkan dengan perawatan kuratif yang berorientasi pada penyakit dan menurunkan rekurensi. Proses perawatan paliatif sejatinya dimulai dari awal pelayanan kesehatan, sehingga penilaian untuk perawatan paliatif menjadi penting diidentifikasi sedini mungkin.
Pasien dengan penyakit tingkat lanjut disertai gejala yang beragam sangat penting untuk dilakukan penilaian yang komprehensif dan multidimensional. Penilaian gejala yang baik dan efektif bisa memberikan rencana pelayanan yang lebih sesuai dengan harapan dan keinginan pasien dan keluarga. Terkadang, dalam proses penilaian diperlukan suatu alat yang tidak hanya berguna untuk menegakkan diagnosis dan mengevaluasi intensitas gejala, tetapi juga untuk memantau efektivitas terapi.
Susi menambahkan, penilaian atau assessment harus dilakukan secara berkala, karena dapat dilakukan berkali – kali, maka perlu membangun kepercayaan antara tenaga kesehatan dengan pasien dan keluarga. Beberapa hal yang menandakan diperlukannya penilaian jika pasien mengalami gejala baru, terdapat peningkatan intensitas akibat progresivitas penyakit, atau jika saat terapi berubah dengan dokumentasi yang lengkap.
Principle of Symptoms Control on Supportive and Palliative Care (Non-Pain Management)

Pada sebagian besar pasien dengan penyakit progresif dan lanjut, akan menderita nyeri, kelelahan, dan gejala lain yang sering datang bersamaan. Kontrol gejala yang buruk akan mempengaruhi pengelolaan penyakit dasar. Sehingga, diperlukan pemahaman dari apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pasien agar dapat membantu dalam proses kontrol gejala. Dalam manajemen pasien paliatif, diperlukan rasionalitas. Pendekatan intervensi dapat dilakukan bila manfaatnya lebih besar dibanding kerugiannya. Intervensi dapat mengoptimalkan tindakan non invasif dan non farmakologi. Penting untuk menghindari polifarmasi, apabila memang dibutuhkan pemberian obat. Meskipun sulit, harus dipertimbangkan agar pemberian obat dapat membantu meringankan beberapa gejala sekaligus, minim efek samping, dan tidak saling berinteraksi satu obat dengan lainnya.
Rudi menyampaikan bahwa seluruh perawatan paliatif harus sesuai stadium penyakit dan prognosisnya. Investigasi yang terlalu berlebihan, terapi yang tidak tepat, dan kelalaian justru akan memperberat kondisi pasien. Pengobatan yang belum diketahui manfaatnya juga harus dipertimbangkan agar tidak merugikan pasien. Beberapa etiket dan prinsip yang diperlukan dalam paliatif suportif adalah peduli, mengedepankan kebutuhan personal, memperhatikan budaya pasien, meminta izin, memilih tempat pelayanan, komunikasi, pengelolaan sesuai kondisi klinis, kerja sama tim, perawatan yang baik, konsistensi, koordinasi, perencanaan lanjutan, dan penilaian berulang. Tindakan paliatif simtomatik dan suportif ini harus diupayakan untuk menghilangkan penderitaan dan mencapai kualitas hidup.
Palliative Care Emergencies

Kondisi gawat darurat didefinisikan sebagai sebuah kondisi yang serius, tak terduga, dan terkadang berbahaya yang membutuhkan aksi segera. Ketika membuat keputusan harus memikirkan riwayat pajanan dan prognosis, status kondisi pasien, harapan pasien dan keluarga, serta beban dan luaran yang mungkin didapatkan setelah pemberian terapi. Komunikasi yang baik diperlukan untuk mengurangi ketidaknyamanan pada pasien dan keluarga.
Beberapa kondisi gawat darurat dalam perawatan paliatif adalah:
- Kompresi medulla spinalis akibat metastasis tumor
Pada kondisi ini membutuhkan diagnosis dan terapi yang segera untuk meminimalisir komplikasi jangka panjang - Obstruksi vena cava superior
Kasus ini sangat mengganggu dan beberapa berprogres dan menyebabkan kematian. Beberapa gejalanya antara lain; pembengkakan wajah atau leher, pembengkakan lengan, dyspnea, batuk, dilatasi vena di area dada, serta beberapa gejala yang jarang muncul seperti nyeri dada, disfagia, stridor, serak, nyeri kepala, bingung, pusing, dan kejang. - Tromboemboli vena akut
Kondisi yang perlu dipertimbangkan dan selalu dinilai risikonya terutama pada pasien dengan kanker stadium lanjut dan hiperkoagulopati (PPOK, gagal jantung). Faktor risiko lain seperti berat badan berlebih, merokok, usia lanjut, imobilisasi, riwayat operasi, fraktur, infeksi akut (sepsis berat) juga perlu diperhatikan. - Hiperkalsemia
Tenaga kesehatan harus mempertimbangkan hiperkalsemia jika ditemukan pasien dengan kebingungan yang progresif, nyeri yang semakin parah, dan konstipasi - Kejang dan delirium
Kebanyakan kondisi kejang dapat sembuh sendiri, namun jika berlanjut dan berulang maka memerlukan penanganan segera. Biasanya disebabkan karena metastasis tumor ke otak dan gangguan metabolik berat (hiperkalsemia dan hiponatremia). Sedangkan untuk kondisi delirium biasanya disebabkan oleh dehidrasi, infeksi, akumulasi opioid, hiperkalsemia, hiponatremia, hipoksia, dan medikasi. - Fraktur patologis
Biasanya disebabkan karena metastasis tumor ke tulang. Muncul dengan nyeri dengan onset cepat dan intensitas nyeri parah pada area yang terkena, kemungkinan dapat ditemukan pembengkakan, kemerahan, dan gangguan fungsi.
Materi Kegiatan silahkan klik DISINI. – Reporter: dr. Alif Indiralarasati
VIDEO REKAMAN
1 thought on “Reportase Webinar Paliatif Seri 5: Prinsip Tata Laksana Gejala Dalam Perawatan Paliatif”